Minggu, 29 Desember 2013

Tasmi’an Di MAN Balaraja

Sudah menjadi rutinitas di MAN Balaraja setiap pagi hari sebelum masuk kelas tadarusan Al-Qur’an, lain halnya dengan hari ini, senin 22 Juli 2013, suara lantunan Kalam Ilahi terdengar dengan merdu, yang dilantunkan oleh Hafidz-hafidz MAN Balaraja. Sebut saja Sahal Mahfudz sudah hafal 5 Juz dan Ahmad Husain sudah hafal 3 Juz. Mereka berdua menjadi narasumber tasmi’an sementara siswa-siswi dan dewan guru menyimak.
          Acara hari ini memang dikemas dengan banyak acara, mulai dari Sosialisasi Zakat Fitrah oleh Bapak Hasanil Ahpas, S.SI., MA.Pd., pengumuman siswa berprestasi oleh Bapak Arief Bachtiar, ST., M.Pd. dan pengumuman tentang kegiatan kesiswaan oleh Bapak Akhmad Ependi, S.Pd., sementara tasmi’an itu sendiri dipimpin oleh Bapak Erih Supriyadi, MA. (Humas MAHARAJA)

Memaknai Sukses Dengan Beriman Pada Takdir

Dalam sejarah theology dalam Islam pernah muncul perdebatan masalah takdir, dimana muncul paham Jabariyah yang mengatakan semua tidakan dan peristiwa yang terjadi pada diri manusia adalah kehendak dari Allah SWT, paham ini berpendapat kalau manusia tidak memiliki daya untuk berkehendak, sehingga penganut paham ini menjadi sangat fatalistik,yang lebih ekstrim paham ini berpendapat seseorang masuk surga atau neraka sudah di takdirkan. Ada juga paham Qadariah yang tidak mempercayai adanya takdir, mereka mengatakan seseorang melakukan kesalahan atau kebenaran adalah karena dirinya sendiri, orang menjadi kaya, dapat jodoh itu karena hasil usahanya sendiri, jadi semua kejadian yang terjadi pada diri manusia adalah akibat tindakannya sendiri,atau manusia memiliki kehendak absolut. Dan juga ada kemiripan antara ajaran tersebut dengan Mu’tazilah, yang sama-sama tidak meyakini adanya takdir. Dalam kitab al-Hikam dikatakan “Hasrat kuat hamba tidak akan bisa merobohkan dinding takdir.” Disini juga bisa dikatakan manusia bisa berhasrat, berusaha, dan berikhtiar, namun tetap takdir Allah SWT yang menentukan setiap pencapaiannya. Lalu pertanyaanya, apalah arti dari sebuah ikhtiar kalau tidak bisa menembus dinding takdir? Lalu apa bedanya manusia dengan tumbuhan yang tidak bisa berakal dan bergerak? Kalau kita bisa berpikir jernih untuk selalu positif thinking pasti akan muncul jawaban yang bijak. Memang semua orang memiliki hasrat untuk sukses dalam suatu pencapaian, maka dari itu Islam menyuruh untuk berikhtiar untuk meraih kesuksesan. Memang dimata manusia kesuksesan bisa dilihat dari sudut pandang materi, misalnya kesuksesan seorang musisi dinilai ketika sudah punya album rekaman, kesuksesan seorang pelajar dan mahasiswa ketika punya ijazah, kesuksesan seorang caleg ketika berhasil duduk di kursi DPR dan lain sebagainya. Padahal, penilaian dimata manusia yang hebat belum tentu menjadi hebat pula dimata Allah SWT. Yang membedakan manusia dengan tumbuhan adalah memang dari akal dan mampu bergerak bebas, manusia juga memiliki hasrat kuat untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, namun bukan kesuksesan tersebut yang dinilai baik oleh Allah SWT, tapi proses ikhtiar tersebutlah yang dinilai Allah SWT,apakah seseorang itu sabar, tawakal, jujur, dalam menjalani proses menuju kesuksesan tersebut, atau lebih menggunakan cara-cara kotor, curang,licik, dan jahat dalam mencapai sebuah kesuksesan. Maka yang perlu di hargai dan di syukuri dalam kesuksesan adalah proses ikhtiar yang di ridhai oleh Allah SWT. Untuk lebih bisa menjaga semangat dalam menjalani hidup meskipun beriman pada takdir, adalah mencari Allah SWT dibalik segala sesuatu, mencari Allah SWT dibalik setiap kegagalan dan juga dibalik kesuksesan. Banyak pahlawan yang berjuang mengorbankan harta, tenaga, air mata, nyawa dan darah untuk bisa memerdekakan Indonesia, namun takdir menjadikan Soekarno-Hatta sebagai sang proklamator kemerdekaan, namun proses perjuangan pahlawan yang gagal merebut kemerdekaan tetap dipandang sukses oleh Allah SWT.

Sejarah MAN Balaraja

Pendidikan merupakan suatu hal yang urgen dalam kehidupan manusia. Terlebih pada masa kini, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan konstribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu, dunia pendidikan pun dituntut untuk membentuk manusia yang berahlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, yang semuanya itu didasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
   Pendidikan itu mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya. Sekolah merupakan salah satu lingkungan terdekat dengan siswa yang banyak mempengaruhi kognitifnya dan tentunya hal ini dilakukan dengan adanya proses belajar yang aktif, efektif dan menggairahkan.
      Di Indonesia terdapat banyak sistem pendidikan, semuanya merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional. Di antara sistem pendidikan yang populer  di masyarakat adalah sistem pendidikan umum dan sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan umum mengambil bentuk sekolah yang lulusannya unggul dalam bidang teknologi dan pengetahuan, sedangkan pendidikan Islam mengambil bentuk madrasah yang lulusannya unggul dalam bidang iman dan taqwa.
     Madrasah pada masa awal didirikannya lebih menekankan kepada aspek moral dan spiritual, tidak mementingkan ijazah dan tidak ditanamkan cita-cita kepada lulusannya untuk menjadi pegawai. Orientasi pendidikan dikembangkan lebih ditujukan untuk menuntut ilmu sebagai bentuk ibadah Allah agar mendapat ridha-Nya. Seiring dengan perubahan zaman, terutama pasca kemerdekaan, pemikiran untuk mengembangkan Madrasah terus menerus dilakukan oleh pemerintah (Kementerian Agama) dan masyarakat. Kebutuhan masyarakat  Indonesia Khususnya masyarakat muslim terhadap madrasah yang dapat menghasilkan anak didik yang berilmu pengetahuan tinggi dan beragama kuat serta memiliki karakter (akhlak yang terpuji)  semakin meningkat.
    Lembaga madrasah tidak dapat digantikan dengan lembaga-lembaga lainnya, karena madrasah mempunyai visi, misi dan karakteristik yang sangat spesifik didalam masyarakat maupun kelembagaannya, baik dilihat dari kebudayaan, sosial politik maupun ekonomi
       Menurut sejarah dan perkembangan Dari masa awal Islam hingga masa  sekarang dengan model-model madrasah terbaru yang ditawarkan, maka dapatlah dikatakan madrasah merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari, oleh dan untuk masyarakat. Lebih jauh Abdul Rahman Shaleh memposisikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islami, populis, dan berkualitas, lembaga pendidikan yang tafaquh fiddin, lembaga pendidikan yang menggunakan school based management terbuka sesuai tuntutan dan perkembangan masyarakat yang semakin demokratis, Lembaga pendidikan yang berorientasi pada kualitas lulusan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dan iman taqwa.
      Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Balaraja adalah salah satu dari sekian banyak Madrasah di Indonesia dan tentu salah satu Madrasah yang terdapat di Kab. Tangerang (di Balaraja) yang secara terus menerus melanjutkan estapet perjuangan umat Islam khusunya masyarakat Indonesia umumnya yakni dalam rangka menciptakan manusia yang memiliki tanggung jawab atas diri, bangsa, Negara dan memiliki jiwa mulia untuk meneruskan kepemimpinan yang bersih professional dan berakhlakul karimah.
      Alhamdulillah, memasuki usianya yang ke-16 (berdiri sejak tanggal 25 November 1995), MAN Balaraja Kab. Tangerang semakin mengokohkan dirinya sebagai madrasah yang bisa diperhitungkan dalam kancah fastabiqul khoirot dunia pendidikan, baik di tingkat kab. Tangerang maupun tingkat provinsi Banten. Pada hakikatnya itu semua adalah berkat karunia dari Allah SWT. Allah yang menentukan itu semua bisa tercapai. Sedangkan wasilahnya adalah karena kerja keras dari semua pihak, terutama segenap pimpinan, guru, pegawai, dan siswa MAN Balaraja Kab. Tangerang yang bersinergi satu sama lain tanpa mengenal lelah serta partisipasi dari stakeholder MAN Balaraja dalam hal ini masyarakat Balaraja.